Salam para tepokers. Saya mau berbagi pengalaman kembali tentang cedera dan sisi negatif nepok bulu. Sabtu, 5 April 2014 salah satu rekan brmain bulutangkis saya telah mengembuskan napas terakhir di rumah sakit di Bogor setengah jam setelah brmain bulutangkis. Awal main, almarhum tampil biasa2 saja (emang karakternya), tidak terlihat sakit atau cedera. Alm bepasangan dg saya. Selesai bermain, alm muntah2, mungkin lebih dari 3 kali, mukanya pucat, badannya dingin, tatapannya kosong, lemas, dan sempat mengaku jg saat skor 27 - 20 kepalanya kunang2 dan pusing. Alm pun sempat istirahat skitar 30 menit. Entah kenapa, dalam kondisi sprti itu, alm memaksakan main kembali. Belum lama naik ke lapang, alm kembli muntah2, pucat pasi, dll. Kami pun bergegas menolong alm dgn pertlongan seadanya, namun respon alm mungkin tinggal 30%. Akhirnya kami pun membawa alm ke RS terdekat. Setangah jam dirawat di RS, sy mndapat SMS bahwa alm (usianya menjelang 50 tahun) wafat gara2 penyakit jantung. Keluarga menyampaikan bahwa alm tidak memiliki riwayat sakit jantung.

Dari pengalaman ini, sy mengajak kita semua sebagai penggemar atau bahkan atlet bulutangkis beneran agar lebih bs menjaga kondisi saat berolahraga, jangan memaksakan andaikata tubuh memang sudah sangat lelah atau berada dalam kondisi yg sy tuliskan di atas. Olahraga memang penting, namun segala risikonya menunjukkan bahwa olahrag sperti dua mata pisau.
Akhir kata, saya doakan semoga amal ibadah alm diterima di sisi Tuhan YME serta seluruh keluarga dan saudara yg ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan.