Mohon maaf.. Tanpa bermaksud membanggakan diri sebagai bagian dari panitia
--------------------------------------------------------------------------------------------
Serba Luar Biasa

Akhirnya perjuangan panitia Tebarnas 2016 usai sudah. Pelaksanaan Tebarnas 2016 yang di laksanakan di Jakarta disebut-sebut sebagai penyelenggaraan yang serba “WOW” dan LUAR BIASA.

Iya kah ? seberapa luar biasanya kah ? Kerja keras panitia bisa terbilang singkat, tidak jauh beda lah dengan tantangan Roro Jonggrang kepada Bandungbondowoso untuk membangun Candi Prambanan. Dalam waktu dua bulan, panitia bekerja secara spartan. Mulai dari mencari dukungan sponsor, mencari materi terbarnas, mencari venue, menjaring “Kualitas” pemain dengan sebutan seeding dan lainnya. Bahkan H-1 para panitia masih berjibaku dengan persiapan yang menggunung. Semua ini tidak lain adalah demi suksesnya acara.

Apakah hanya cuma itu maka di sebut luar biasa ?... Tidak. Luar biasa pertama bisa di bilang datang dari pendaftaran peserta, jika tebarnas sebelumnya hanya sebatas seratusan peserta, maka tebarnas Jakarta 2016 berani mematok peserta dua kali lipat, yakni dua ratusan. Dan luar biasanya, dalam hitungan hari pendaftaran sudah full booked.
Apakah hanya dengan jumlah peserta saja bisa di sebut Luar Biasa ? Tidak. Pencarian venue untuk tebarnas malah lebih mengharukan. Bagaimana tidak. PBSI yang menjanjikan bisa memberikan bantuan lapangan untuk tebarnas, ternyata terhalang karena Munas. Wal hasil panitia harus pusing tujuh keliling mencari lapangan yang representatif. Alhamdulillah titik terang mendatangi panitia. Kejuaraan Jaya Raya Junior 2016 rupanya memberikan hayalan untuk panitia. Panitia bermimpi untuk menggunakan lapangan yang baru dan megah. Gayungpun bersambut. Berkat bantuan Wahyu Agung Setiawan, mantan pemain Nasional, mimpi itupun menjadi kenyataan. Panitia melalui Cipau, selaku ketua, semakin intens mendekati Cik Im (panggilan Imelda Wiguna). Dan…. Kartu hijaupun didapat panitia. Yeeees… Tebarnas boleh menggunakan lapangan yang masih gress. Masih bau cat. Aaaah.. dreams is come true.. Deja vu…

Lalu ? Cuma itu ? Tentu tidak. Mencontek penyelenggaraan Terbasnas kedua di Yogyakarta, panitiapun menyiapkan penginapan untuk peserta dari luar daerah. Hanya dengan menyisihkan uang Lima puluh ribu, peserta bisa menggunakan penginapan yang cukup baik untuk meluruskan punggung setelah menempun perjalanan jauh lengkap dengan pendingin ruangan. Hanya bisa tidur saja ? tidak dong. Peserta juga mendapatkan fasilitas makan malam dan tentunya sarapan pagi di penginapan. Kejutan lain datang sehari menjelang pelaksanaan. Sebuah backdrop besar dengan design yang ciamik hasil karya dari mas Agung muncul di tengah-tengah aula hotel. Kejutan lanjutan pada pelaksanaan Sarasehan. Panitia bisa menggaet Eng Hian, pelatih ganda putri yang sukses membawa Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari meraih medali emas Asian Games.

Lalu ? apakah peserta tau jika panitia tidur hanya sekitar dua atau tiga jam saja sebelum pelaksanaan ? Itu lah luar biasa panitia berikutnya. Sementara peserta terbuai dalam mimpi, sebagian panitia masih berlama-lama di depan notebook dan printer menyiapkan ini dan itu. Atau juga memasukkan goodey bag dengan cindera mata dari para sponsor. Cuma itu ? ada lagi. Sebagian panitia malah datang menuju lapangan tebarnas tengah malam buta untuk memasang Backdrop, spanduk, membersihkan lapangan, memasang sign, checking sound dan apalah-apalah.

Aaaah… itu mah biasa keleeees… kerjaan rutin panitia. Ooo Yaaaa.. apakah anda tau bahwa sebagian panitia menjadi Supir dadakan untuk antar dan jemput peserta ? Alhamdulillah panitia yang memiliki kendaraan dengan suka rela menjadi pengantar sebagian peserta. Sampai pagi hari menjelang pelaksanaan acara para supir dadakan masih mengantar peserta menuju venue.

Minggu, 18 Desember 2016 “Aksi 1812” di mulai. Para peserta di kejutkan dengan megahnya Gor JAYA RAYA. Decak kagum para peserta menghiasi sisi venue. Selfie pun beterbaran dari depan Area gedung yang sangat luas sampai di dalam venue yang berisi 16 lapangan dengan karpet hijau. Para peserta yang menduduki tribunpun sibuk melakukan sesi foto sendiri, memanfaatkan kemegahan Gor Jaya Raya. Ada satu yang membuat bulu kuduk merinding bangga. Saat seluruh peserta dengan hikmat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Gor Jaya Raya menggemuruh dengan nyanyian lagu kebangsaan Indonesia. Bulu kuduk meremang, rasa kebangsaan hadir, semangat nasionalisme bangkit seiring dengan nyanyian lagu Indonesia Raya. Jalannya pertandingan juga tak kalah dramatisnya. Sang juara mendapat kalungan medali kemenangan hanya dengan selisih satu angka kemenangan saja. Grand Prize memang selalu menjadi pemuncak di setiap acara. Sang “Lucky Man” Afandi lagi-lagi mendapat salah satu Grand Prize yang di sediakan oleh Sponsor.

Tak ada awal jika tidak ada akhir. Tebarnas 2016 kini hanya tinggal sejuta cerita yang tidak akan lekang oleh zaman. Mengutip kata bijak dari Ahmad Munawirul Qulub/AMQ “Semua Berasal Dari Hati”. Jika bukan karena hati tak mungkin acara menjadi sukses seperti ini. Jika bukan karena hati, tak mungkin panitia mau menahan rasa letih dan kantuk. Jika bukan karena hati, tak mungkin peserta dari pelosok negeri akan hadir di sini.

~ Catatan harian Arief Rachman/Jacque - saksi hidup ~