Pelatih pribadi bagi pemain pelatnas.
'Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.' Ini pribahasa yang sering kita dengar yang kurang lebih memiliki arti setiap daerah memiliki kebiasaan sendiri.
Seperti kita ketahui di pelatnas PBSI, pemain diambil dari seluruh nusantara, ada yg dari Sumatra, Sulawesi, Bali, dan tak lupa pulau Jawa. Itu saja sudah bikin perbedaan budaya yang sangat majemuk.
Belum lagi setiap individu memiliki karakter masing masing. Baik karakter fisik, biologis maupun psikologis. Ada yang kuat fisik, kuat mental maupun kuat spiritualnya.
Dengan jumlah pemain pelatnas yang banyak, pelatih memiliki tugas untuk memahami karakter setiap pemain. Tidak mudah bagi satu orang pelatih untuk fokus dan tetap bisa memahami setiap pemain secara merata. Pasti ada satu, dua, atau tiga pemain prioritas atau favorit.
Dengan perkembangan olahraga tepokbulu yang makin pesat, sudah saatnya PBSI berani mengambil langkah terobosan, demi meningkatkan peluang untuk mendapatkan medali emas di Olimpiade. Salah satu yang saya usulkan adalah pelatih pribadi untuk pemain yang diprioritaskan untuk bertanding di Olimpiade.
Maksudnya pelatih dan pemain yang direncanakan untuk bermain di Olimpiade bisa fokus 100% untuk berlatih tanpa perlu memperhatikan pemain lapis dibawahnya. Walaupun sekarang setiap cabang memiliki pelatih kepala (ada cabang yang punya 2) dan asisten tapi nubie rasa fokus dan bebannya masih terbagi.
Contohnya di ganda campuran: Towi/Lily dipegang oleh Richard Mainaky dan Praveen/Debby dipegang oleh Nova Widianto.
Di ganda putra: Hendra/Ahsan dipegang oleh Herry IP dan Angga/Ricky dipegang oleh Aryono M.
Dengan terkonsentrasinya pasangan pelatih dan pemain, penghargaan untuk pelatih pemain pun bisa disatukan. Maksudnya pelatih pun jadi punya beban dan tanggung jawab untuk menjadikan pemainnya juara 1 karena kalau pemain gagal, pelatih pun juga gagal.
Persaingan antar pasangan pelatih pemain pun jadi lebih keras dan akan memicu inovasi dan kerja keras yang lebih memacu prestasi. Ikatan batin pelatih dan pemain pun diharapkan lebih kuat di dalam dan luar lapangan sehingga mereka bisa lebih paham karakter masing masing dan bisa memahami maksud dan tujuan program yang harus dilaksanakan.
Pelatih jadi bisa bikin program lengkap yang sesuai dengan tujuan dan keinginan serta jadwal pemain, juga bisa bekerja sama dengan pelatih fisik dan psikolog dll dengan lebih seksama.
Semoga saja sekarang PBSI sudah melakukan ini, kalau pun belum rasanya boleh saja dicoba supaya ridak ada lagi pemain yang merasa tersingkirkan. Dengan demikian nantinya kita bisa lagi membuat all Indonesian semi final di turnamen besar tepokbulu dunia.
Ayo PBSI ku, juaralah di Olimpiade