Kemana Generasi Baru Bulutangkis Indonesia?
Setiap atlet pasti mempunyai masanya. Masa dimana mereka masih mampu bermain dan berkiprah di level dunia.
Kita semua menyadari bahwa tidak selamanya seorang atlet akan terus berada pada masa kejayaan. Untuk itu diperlukan regenerasi guna menggantikan atlit yang sudah melewati masa keemasannya.
Kita mungkin juga menyadari bahwa saat ini, supremasi bulutangkis tidak lagi dipegang oleh Indonesia. Itu merupakan PR besar bagi para pengurus dan pembina perbulutangkisan di Indonesia. Tentunya mereka juga tidak tinggal diam. Mereka tentu berusaha keras untuk mewujudkan hal itu.
Dalam setiap turnamen berkelas Grand Prix atau Grand Prix Gold atau bahkan Superseries dan Superseries Premiere, kita sering menemukan dan melihat wajah-wajah baru dari pebulutangkis China yang berlaga di semifinal dan bahkan di final turnamen tersebut. Sangat jarang kita temui pebulutangkis muda Indonesia yang bisa menembus babak semifinal dan bahkan sampai final pada turnamen-turnamen itu.
Kemana mereka...????
Generasi baru pemain China sudah lahir, sedangkan generasi baru pemain kita nampaknya "masih sembunyi" di Cipayung.
Satu pertanyaan yang ada di benak saya, apakah "virus" yang menghinggapi-maaf-pemain sepakbola Indonesia juga hinggap pada pemain bulutangkis Indonesia?
"Virus" itu adalah bahwa mereka sudah cukup berbangga hati dengan "hanya" bisa masuk Pelatnas Cipayung, dan bisa berlaga di luar negeri tanpa peduli prestasi apa yang mereka capai. Pokoknya sudah mewakili Indonesia dan bermain di luar negeri.
Apakah mereka sudah cukup bangga hanya dengan "dianggap" yang terbaik didalam negeri sendiri tanpa mampu mempersembahkan prestasi di luar negeri?
Ingin sekali rasanya saya melihat ada pemain muda Indonesia yang walaupun tidak juara tapi mampu bermain di final turnamen Grand Prix, Grand Prix Gold, Superseries, dan bahkan Superseries Premiere.
Ayo...! Bangunlah dari tidurmu, pemain muda Indonesia...!
Jangan hanya bermimpi saja, tapi wujudkan mimpimu yang bisa menjadi kebanggaanmu dan kebanggaan masyarakat Indonesia.
Salam tepok bulu...!
Ketika Tangan Terayun dan Raket Menghantam Bulu Putih, Di Saat itulah Hatiku Merasa Tidak Sangat Kacau.